Selai Kacang

3 bulan di rumah, rasa bosan terus melanda. Jadilah, dengan kondisi itu membuat gue kembali membaca koleksi buku-buku lama. Pilihan pertama jatuh pada buku Raditya Dika, 'Marmut Merah Jambu'. Seperti belum pernah membaca nya, gue pribadi tetap menikmati komedi yang beliau lontarkan dalam buku nya meski sudah pernah membaca beberapa kali. Akhir nya sampai pada bab 'Pertemuan Terakhir dengan Ina Mangunkusumo'. Bab ini menceritakan Bang Dika yang tak bisa memiliki Ina, cewek yang dia taksir dan sudah sering jalan bareng. Cinta tak terbalas. Ada kutipan menarik di dalam buku, 'nothing takes the flavour out of peanut butter quite like unrequited love'. tidak ada yang bisa menghilangkan rasa selai kacang seperti cinta yang tak terbalas. Kutipan Charlie Brown lebih tepat nya. 

Selepas membaca kutipan itu, sejenak teringat kenangan dengan seseorang yang mampu menghilangkan rasa selai kacang dari mulut gue. Pertengahan 2015. Awal mula berkenalan dengan, sebut saja Ria. Salah satu event yang kami terlibat di dalam nya menjadi wadah pertemuan. Fast forward, kami cukup dekat. Makan berdua, ataupun sekadar ngobrol ringan. Tak banyak sebetul nya momen kami pergi berdua, hanya beberapa kali. Bahkan bisa dihitung dengan jari. Periode KKN nampak nya awal mula kami menjauh. Pesan-pesan singkat 'Jangan lupa sholat', atau 'Hati-hati di jalan', nampak nya tak berbekas. Menjadi cerita di masa lalu. Bahkan untuk pertama kali nya dalam hidup gue merasa ter-PHP haha. Nampak nya kedekatan atau jalan berdua tak berarti apa-apa. Mungkin ekspektasi yang terlalu tinggi. Dan benar ada nya, sampai suatu ketika diri nya bilang, "Sejak awal kita teman. Dan selama nya akan menjadi teman."

Terimakasih Ria, selamat berbahagia dengan pendamping mu sekarang. Dan dirimu akan tetap menjadi seseorang yang menghilangkan rasa selai kacang di lidah gue. 

Komentar