Pendidikan dan Pandemi


 
Siapa yang menyangka tahun 2020 merubah segala tatanan kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Ini terjadi bahkan ketika tahun 2020 baru masuk bulan ke 3. Pandemi virus corona menjadi sebab. Pandemi ini merubah segalanya tak terkecuali sektor pendidikan.

Salah satu pencegahan penularan virus ini dengan menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Hal yang tentu saja tidak dapat atau sulit dilakukan oleh sektor sekolah formal. Satu kelas dapat diisi 40 siswa, ditambah satu guru setiap mata pelajaran. 4 mata pelajaran dalam sehari, 4 guru pula bergantian masuk ke dalam kelas. Satu sekolah terdapat 12 kelas, dikalikan saja berapa total keseluruhan orang yang berada di lingkungan sekolah selama lebih dari setengah hari. Situasi seperti ini lah yang membuat WHO dan tentu saja Pemerintah di berbagai negara memutuskan untuk kegiatan belajar mengajar di alihkan dari dalam rumah. Mulai dari tingkat paling rendah yakni PAUD sampai ke tingkat Universitas. 

Sejatinya tak masalah karena itu memang yang terbaik untuk mencegah penularan. Sebulan pertama nampak pula para siswa dan mahasiswa menikmati proses belajar dari rumah. Namun, lambat laun memasuki bulan ke-10, rasa bosan mulai melanda. Ini tentu menjadi tugas berat bagi guru dan orangtua untuk menjaga mood belajar anak tetap baik. Beberapa sekolah dan organisasi bahkan sampai menyediakan jasa psikolog untuk membantu orangtua dan murid dalam mengatasi rasa bosan atau mood yang turun ketika belajar di tengah ketidakpastian pandemi. Langkah yang tentu sangat layak di apresiasi. 

Kendala lain mengenai penguasaan teknologi. Baik siswa maupun pengajar tidak semua menguasai teknologi dengan baik, entah itu smartphone ataupun laptop/komputer. Tak cukup sampai disitu, penguasaan teknologi oke, namun apa daya, sinyal atau jaringan tak sampai ke daerah pelosok. Sekalipun ada, sinyal yang diterima bisa dikatakan sangat memprihatinkan. Ya, ini memang menjadi problem yang sudah sejak dulu di negara kepulauan yang sangat luas seperti Indonesia. 

Rasa bosan bisa teratasi, teknologi tak ada kendala, namun apakah orangtua atau pendamping anak belajar di rumah sudah dapat menjadi pendamping yang mumpuni? Mumpuni di sini tentu seperti menjelaskan apabila anak kebingungan dengan materi yang disampaikan guru. Belum semua orangtua demikian, bahkan yang berpendidikan tinggi pun mungkin masih kesulitan dalam hal menjelaskan kepada anak. 

Banyak sekali problem yang hadir di kegiatan sekolah online seperti saat ini. Pandemi yang datang tanpa rencana, membuat semua harus dirubah secara mendadak. Solusi tentu wajib dipikirkan secara bersama oleh semua pihak agar ke depannya kegiatan belajar mengajar secara daring ini menjadi kegiatan yang efektif dan nyaman baik bagi siswa, mahasiswa, guru, maupun dosen.

Komentar